Salam

Pages

Selasa, 11 Mei 2010

SEMINAR NASIONAL FUSI - KARISMA 2010

SEMINAR NASIONAL

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI MUTAKHIR, MENUJU KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM

FUSI FT & KARISMA FMIPA UNIVERISTAS NEGERI MALANG

Malang, 9 Mei 2010

Ahmad Fathil Islam (FUSI FT 2010)

Hari minggu, 9 Mei 2010, tepat satu minggu setelah Mega Best Conference “Islamic Intelectual Conference (IIC)” dan Hari Pendidikan Nasional, di tempat yang sama yaitu di Sasana Budaya Universitas Negeri Malang, telah diselenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Perkembangan Pendidikan, Sains, dan Teknologi Mutakhir, Menuju Kebangkitan Peradaban Islam”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI), yang merupakan Lembaga Dakwah Fakultas Teknik UM dengan Kreativitas Islam MIPA (KARISMA) selaku Lembaga Dakwah Fakultas MIPA UM, dalam koordinasi Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Korda Malang dan UM sebagai KORNAS. Subhanalloh, kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dan terdiri dari kalangan pelajar, mahasiswa, guru, dosen, praktisi pendidikan, dan aktivis-aktivis dakwah kampus. Dalam data base panitia tercatat bahwa peserta ada yang berasal dari Blitar, Tulung Agung, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Surabaya, Madura, Jember hingga Semarang. Tercatat pula data peserta dari kalangan mahasiswa berasal dari UM, UB, UIN Malang, POLTEK Malang, UNIDHA, UNIJOYO, UNEJ, UNAIR, STIKES, ITN, dan UNS Semarang.

Kegiatan ini terasa sangat berbeda dengan seminar-seminar lainnya. Salah satunya terlihat dari pembawaan MC yang menggunakan konsep 3 bahasa (three language ), yaitu : akhi Fazlurrohman (bahasa arab), akhi Aidy Mukhlas (bahasa inggris), dan akhi Amirul Khoiri (bahasa Indonesia). Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh akhi Ivan dan akhi Irham Bugis. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan ketua pelaksana (akhi zainudin fitroni) dan ketua Umum FUSI FT 2010 (akhi Andika Bayusih A.). Secara resmi kegiatan ini dibuka dan disambut oleh Drs. Setiadi. C.P., M.Pd. M.T. selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FT tepat pukul 08.45 WIB, dengan sambutan yang semangat dan memotivasi peserta akan urgent-nya kegiatan ini. Beliau menyampaikan bahwa kebangkitan peradaban islam bukan karena pendidikan, sains, maupun teknologi. Melainkan kebangkitan pendidikan, sains dan teknologi hanya terwujud dengan kebangkitan Islam.

Acara inti dimulai pada pukul 09.00 WIB yang dipandu oleh Agus Susamto, S.Pd. (Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dan alumni FUSI, BEM FT dan PTM FT UM). Diawali dengan pemutaran video tentang gambaran kondisi fakta pendidikan di Indonesia, peserta mulai terbuka pemikirannya akan mirisnya kondisi pendidikan di negeri ini. Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Effendy, Ph.D. (guru Besar FMIPA UM, ketua RSBI Nasional, dan termasuk dalam 2000 ilmuwan tersukses di dunia pada abad 21 ini yang jurnalnya dijadikan rujukan internasional). Beliau menyampaikan perkembangan penelitian dalam bidang sains dan teknologi di Indonesia. Diawali dengan penyampaian tanda-tanda perkembangan saintek itu ditandai dengan banyaknya award, artikel, hak paten, tex book yang ditulis dosen dan jumlah mahasiswa asing yang ada. Faktanya, produktivitas dosen dan peneliti di Indonesia sangatlah rendah dalam jurnal ilmia internasional, ”tegas Baliau”. Beliau menambahkan, pada tahun 2008 hanya 6 orang peneliti di Indonesia yang memiliki 41 artikel yang dimuat di jurnal internasional, salah satunya beliau sendiri. Faktor kendala perkembangan sains dan teknologi di Indonesia adalah : (1) keterbatasan sarana (bahan pustaka, peralatan, dan bahan), (2) banyak dosen yang bergelar doktor, yang mamiliki kemampuan melakukan penelitian yang bermutu, namun disibukkan dengan jabatannya, (3) Banyak dosen yang belum faham layak tidaknya penelitiannya dipublish di jurnal internasional, dll.

Kemudian dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Dr. Muladi, S.T., M.T. (Dosen TE FT & Kepala Pusat TIK UM, lulusan S3 Informatic Technology of Malaysia). Beliau menyampaikan tentang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Peradaban Islam. Intinya ada 2 perkembangan di dunia TI yaitu : teknologi MIMO dan Web 2.0 yang menopang kebangkitan peradaban islam. Di antaranya adanya web based (Al Quran, Hadist, Konsultasi, doa, dll). Setelah pemateri pertama dan kedua menyampaikan makalah dalam waktu 45 menit/ pemateri, akhirnya pemateri ketiga yang ditunggu-tunggu tiba Sasana Budaya, yaitu Dr. Ing. Fahmi Amhar (Peneliti Utama IV/e Bidang Sistem Informasi Spasial di BAKORSURTANAL Indonesia, Dosen PPS di IPB dan Universitas Paramadhina Jakarta, sekaligus DPP Hizbut Tahrir Indonesia). Beliau menyampaikan Konsep Baru untuk Pendidikan Sains dan Teknologi Mutakhir. Beliau mengawali dengan pelurusan pemahaman bahwa bangsa yang berkembang sainteknya adalah bangsa yang mampu menggunakan secara tepat, ekomonis, tidak ketergantungan, berkontribusi pada perkembangan teknologi, bukan sebagai penikmat/pasar teknologi. Beliau menambahkan, capaian techscientist dari segi agama di dunia, Islam adalah terendah saat ini, dan Yahudi yang teringgi. Fakta menunjukkan Indonesia dalam literasi matematika menempati peringkat 35 dari 46 negara peserta Timss, literasi membaca peringkat 39 dari 40 negara. Justru dalam hal kemaksiatan Indosesia jagonya. Di antaranya peringkat 2 penyalahgunaan internet, negeri terkorup, dll. Beliau melanjutkan, aktor pengembang teknologi (dunia pendidikan di PT, institusi litbang di pemerintahanm dan R & D di dunia bisnis) semuanya bermasalah diantaranya, masalah plagiarisme, hasil riset harang mengalir ke pengguna, ijazah hanya dijadikan akses naik status sosial ekonomi ataupun politis, lambannya kaderisasi, intensifitas riset. Kendala sangat kompleks, dari kendala individu, kultural, hingga struktural. 10 inovasi harapan ke depan di Indonesia (teknologi tepat guna, hijau, pangan untuk ketahanan pangan, energi, kesehatan, transportasi, pertahanan, maritim, industri, dan bioteknologi). Untuk membengkitkannya di butuhkan visi ideologis yang mampu menggerakkan resources. Visi tersebut adalah pemahaman akan aqidah islamiyah uang akan memberikan kejelasan misi yang berupa potensi kehidupan yang dimiliki manusia, sebagai realisasi islam sebagai umat yang terbaik (Q.S. Ali Imron 110).

Fokus di bidang pendidikan, beliau menyampaikan peran pendidikan sesuai dengan aktor-aktornya. Hasil UNAS tidak bisa dijadikan standarisasi kualitas, apalagi indeks kejujuran siswa karena tidak memiliki instrumen yang menilai sikap, kritis, leadhership, entrepreneural, religius, dll. Oleh karena itu, harus ada perubahan pemahanan dan kesadaran perilaku serta pemikiran. Islam sebagai agama sekaligus peraturan hidup sudah mengatur bagaimana seluruh aspek termasuk pendidikan, sains, dan teknologi. Ujungnya bersumber pada pemahaman tentang aqidah yang mengarah pada mabda’ (ideologi) yang mampu membangkitkan pemikiran umat. Sehingga dapat melahirkan kembali ilmuwan-ilmuwan dan intelektual-intelektual muslim muda seperti halnya Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Jabar, dll. Itu semua dapat terwujud hanya ketika Islam diterapkan secara kaafah dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah.

Kegiatan dilanjutkan dengan 2 kali sesi tanya jawab untuk 8 orang penanya, dan diakhiri dengan clossing ststement dan kesimpulan oleh moderator. Setelah itu, ada penyerahan cinderamata dan diakhiri dengan doa oleh akhi Arian. Kegiatan diakhiri tepat pada pukul 13.30 WIB. Demikianlah kagiatan ini berlangsung, mudah mudahan bermanfaat dan menginspirasi kita untuk lebih giat mendesain kegiatan dakwah. Adapun kekurangan dalam fasilitas dan LCD itu di luar kemampuan panitia. Mohon maaf atas segala kekurangan nya. Wallahu’alam Bishshowab....


Materi silahkan didownload di bawah ini :
1. Prof. Dr. Effendy, Ph.D.
2. Dr. Muladi, S.T.,M.T.
3. Dr. Ing. Fahmi Amhar

Selasa, 04 Mei 2010

KAPANKAH NAFSUMU PUAS..??

Wahai orang yang sok menjadi guru ruhani! Keluarlah dan bergaullah dengan para syeikh yang mukhlis dalam perilaku mereka. Manakala anda masih terus mencari dunia dengan nafsu anda, berambisi dengan hawa kesenangan anda, sesungguhnya anda adalah anak-anak, benar-benar naluri watak murni. Nafsu harus di kendalikan dari dunia dengan berbagai upaya, bukan keterpaksaan, atau nafsu harus mengikuti qalbu, jauh dan jauh dari dunia dan kesenangannya. Nafsu meraih haknya manakala ia sudah buta dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla.

Apabila seorang hamba mulai dekat dengan Allah Azza wa-Jalla, akan banyak kegelisahan dan rasa takutnya. Itulah kenapa, seseorang lebih takut pada menterinya dibanding pada rajanya, karena menteri adalah orang yang paling dekat dengan raja.
Orang mukmin tidak akan pernah sampai kepadaNya kecuali dengan keikhlasan. Inilah kaum sufi senantiasa gelisah sepanjang ia belum bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla. Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla rasa takutnya akan sangat kuat, dan itulah yang disabdakan Nabi saw: "Akulah yang paling mengenal Allah diantara kalian, dan yang paling amat takut kepadaNya." (Al-'Ajluny).

Allah Azza wa-Jalla senantiasa memberi ujian pada para Auliya' Nya agar mereka terus-menerus membersihkan dirinya, bahwa mereka selamanya berada dalam langkah rasa takut jika berubah, berpindah. Mereka terus merasa takut walaupun kondisinya sangat aman. Bereka bergentar walau pun mereka telah diberi ketentraman. Mereka terus mendebat nafsunya, walau nafsu itu sebesar biji atom, sebesar biji bayam dan alpa yang ringan saja. Ketika mereka merasa tenang mereka justru terbang. Ketika mereka merasa cukup justru mereka gugah kefakirannya. Ketika mereka merasa aman, justru mereka bangkitkan rasa takut. Ketika mereka diberi anugerah justru mereka merasa terhadang. Ketika mereka gurau tertawa justru mereka menangis. Ketika mereka bergembira, malah mereka bangkitkan susahnya. Mereka sangat kawatir akan rekayasa tipudaya yang berbalik dan akibat yang buruk, karena mereka tahu bahwa Tuhan mereka berfirman: "Allah tidak ditanya apa yang dilakukanNya, namun merekalah yang ditanya…" (Al-Anbiya': 23)

Anda wahai orang yang alpa! Justru pamer maksiat dan kontra kepada Allah Azza wa-Jalla, sementara anda malah merasa nyaman. Dalam waktu dekat, rasa amanmu akan berubah menjadi ketakutan, rasa luang lapangmu akan berubah menjadi sempit, rasa muliamu akan menjadi hina, rasa luhurmu akan menjadi rendah, rasa kayamu akan menjadi miskin.

Ingatlah bahwa rasa amanmu di hari kiamat dari siksa Allah Azza wa-Jalla, diukur dengan rasa takutmu kepada Allah azza wa-Jalla di dunia, dan rasa takutmu kepada Allah Azza wa-Jalla di akhirat tergantung rasa amanmu di dunia, namun justru anda tenggelam di dunia dan tercebur di sumur kealpaan.

Maka hidupmu sungguh seperti binatang, tidak kenal kecuali hanya kenal makan, minum, seks, dan tidur. Secara lahiriyah, prilakumu seperti mereka yang ahli dalam pembersihan qalbu, tetapi batinmu penuh dengan ambisi duniawi, menumpuk harta dan memburu rizki, hingga telah menutup pintumu untuk menuju Allah Azza wa-Jalla.

Sumber: Al-Qur'an & Hadits Rasulullah

SYUKUR BERSAMA ALLAH SWT

Riwayat dari Abdullah bin Amr ra:
“Rasulullah saw, masuk ke dalam rumahku, lalu bersabda, “Wahai Abdullah bin Amr, bukankan aku diberi informasi bahwa sebenarnya dirimu sangat ketat (memaksa diri) dalam sholat malam dan puasa di siang hari?” Aku menjawab, “Saya memang melakukannya…”. Lalu Rasulullah saw, bersabda, “Cukuplah bagimu sebulan itu puasa tiga hari. Satu kebaikan itu sebanding dengan dengan sepuluh kebaikan, maka (jika anda melakukan puasa tiga hari setiap bulan) sama dengan puasa setahun penuh….” (Hr. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzy, Nasa’I, Ibnu Majah, Daramy dan Ibnu Sa’d)

Dalam hadits ini ada rahasia-rahasia:
1. Adanya berita gembira atas kesinambungan cahaya amal dengan cahaya amal yang lain tanpa terhenti, walau pun ada jarak waktu yang jauh.
2. Berlipat gandanya pahala amal pada ummat ini, satu kebaikan sebanding dengan sepuluh kebaikan, agar hatinya bangkit untuk amal kebajikan.
3. Tidak adanya keterpaksaan yang membuat si hamba jadi bosan.
4. Terus menerus berdzikir hingga hati tak tertimpa kealpaan.
5. Kepastian iman terhadap janji dan kebajikan kemuliaan Allah swt.

Semua perilaku tersebut merupakan tingkah kaum ‘arifin yang melepaskan diri dari hasrat duniawi dan ukhrowi, dimana hasrat citanya hanyalah Tuhan mereka. Maka siapa pun yang himmahnya hanyalah Rabb, tiadalagi hasrat lain baginya.

Sumber: Al Qur'an & Hadits Rasulullah

Senin, 03 Mei 2010

Allah Memberi Kekuatan dalam Islam

Setiap seseorang menemukan dalam hati suatu keinginan untuk bersatu maka berarti Allah telah menginginkan kebaikan darinya. Dan kebalikannya, jika ada seseorang yang dalam dirinya ingin perpecahan berarti Allah menginginkan keburukan darinya. Karenanya Allah SWT mengingatkan janganlah engkau berpecah belah seperti orang terdahulu berpecah belah.

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas (al-bayyinat).” (QS. Ali Imran: 105)

Lihatlah makna yang sama antara 'dzukkiru bihi' dengan makna 'al-bayyinat'.

Keadilan itu jelas. Kebenaran itu jelas. Pondasi agama jelas. Iman dan seluruh rukun-rukunnya jelas. Tujuan semuanya telah nampak. Semua itu merupakan al-bayyinat. Kepadanya hati orang-orang beriman berkumpul. Dan kepadanya barisan orang-orang shalih berkumpul. Inilah jalannya orang-orang beriman sepanjang sejarah. Kita mohon kepada Allah SWT semoga kita tergolong orang-orang yang bertaqwa.

CARA ISLAM MEMBABAT KORUPTOR (Bag. II)

Wacana Hukuman Tegas bagi Koruptor

Entah karena memang sudah ‘putus asa’, atau sekadar ekspresi emosional sesaat, atau memang bentuk keseriusan dalam memerangi korupsi, sejumlah kalangan lantas mengajukan kembali wacana untuk menindak tegas para koruptor. Paling tidak, ada tiga usulan yang dilontarkan oleh sejumlah tokoh di seputar perlunya menghukum secara tegas para koruptor, yaitu: hukuman mati, pembuktian terbalik dan pemiskinan.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD berulang-ulang mendorong agar hukuman mati bagi koruptor benar-benar dilaksanakan. Ketua MK dalam berbagai kesempatan juga kerap mengeluarkan ungkapan bernada mendesak agar Undang-Undang (UU) Pembuktian Terbalik segera disahkan.

Namun anehnya, semua bagai lepas tangan, merasa bukan urusan mereka. Jaksa dan hakim tak tergerak menuntut/menjatuhkan hukuman mati terhadap koruptor. Terkait pembuktian terbalik, UU-nya sendiri tak kunjung disahkan. Padahal UU tersebut sudah diajukan sejak era Presiden Gus Dur. DPR seperti enggan membahasnya.

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar berwacana tentang perlunya mengupayakan pemiskinan bagi narapidana yang terlibat tindak pidana korupsi. "Selain hukuman mati, napi korupsi harus dimiskinkan," papar Patrialis. (http://www.facebook.com/l/b37b9;Republika.co.id, 8/4/2010).

Korupsi Masuk dalam Bab Ta’zir

Dalam sistem Islam, tegasnya dalam Khilafah Islam yang menerapkan syariah Islam, korupsi (ikhtilas) adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan rakyat dan negara dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri atau orang lain. Korupsi merupakan salah satu dari berbagai jenis tindakan ghulul, yakni tindakan mendapatkan harta secara curang atau melanggar syariah, baik yang diambil harta negara maupun masyarakat.

Berbeda dengan kasus pencurian yang termasuk dalam bab hudud, korupsi termasuk dalam bab ta’zir yang hukumannya tidak secara langsung ditetapkan oleh nash, tetapi diserahkan kepada Khalifah atau qadhi (hakim). Rasulullah saw. bersabda, ”Perampas, koruptor (mukhtalis) dan pengkhianat tidak dikenakan hukuman potong tangan.” (HR Ahmad, Ashab as-Sunan dan Ibnu Hibban).

Bentuk ta’zir untuk koruptor bisa berupa hukuman tasyhir (pewartaan atas diri koruptor; misal diarak keliling kota atau di-blow up lewat media massa), jilid (cambuk), penjara, pengasingan, bahkan hukuman mati sekalipun; selain tentu saja penyitaan harta hasil korupsi.

Menurut Syaikh Abdurrahman al-Maliki dalam kitab Nizham al-‘Uqubat fi al-Islam, hukuman untuk koruptor adalah kurungan penjara mulai 6 bulan sampai 5 tahun; disesuaikan dengan jumlah harta yang dikorupsi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz, misalnya, pernah menetapkan sanksi hukuman cambuk dan penahanan dalam waktu lama terhadap koruptor (Ibn Abi Syaibah, Mushannaf Ibn Abi Syaibah, V/528; Mushannaf Abd ar-Razaq, X/209). Adapun Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah menyita seluruh harta pejabatnya yang dicurigai sebagai hasil korupsi (Lihat: Thabaqât Ibn Sa’ad, Târîkh al-Khulafâ’ as-Suyuthi).

Jika harta yang dikorupsi mencapai jumlah yang membahayakan ekonomi negara, bisa saja koruptor dihukum mati.

Segera Tegakkan Syariah dan Khilafah!

Wacana tentang perlunya menindak tegas para koruptor boleh saja terus bergulir, termasuk kemungkinan pemberlakuan hukuman mati. Namun persoalannya, di tengah berbagai karut-marutnya sistem hukum di negeri ini, didukung oleh banyaknya aparat penegak hukum yang bermental bobrok (baik di eksekutif/pemerintahan, legislatif/DPR maupun yudikatif/peradilan), termasuk banyaknya markus yang bermain di berbagai lembaga pemerintahan (ditjen pajak, kepolisian, jaksa, bahkan hakim dll), tentu wacana menindak tegas para koruptor hanya akan tetap menjadi wacana. Pasalnya, wacana seperti pembuktian terbalik maupun hukuman mati bagi koruptor bakanlah hal baru. Ini mudah dipahami karena banyaknya kalangan (baik di Pemerintahan, DPR maupun lembaga peradilan) yang khawatir jika hukuman yang tegas itu benar-benar diberlakukan, ia akan menjadi senjata makan tuan, alias membidik mereka sendiri.

Semua langkah dan cara di atas memang hanya mungkin diterapkan dalam sistem Islam, mustahil bisa dilaksanakan dalam sistem sekular yang bobrok ini. Karena itu, perjuangan untuk menegakkan sistem Islam dalam wujud tegaknya syariah Islam secara total dalam negara (yakni Khilafah Islam) tidak boleh berhenti. Sebab, tegaknya hukum-hukum Allah jelas merupakan wujud nyata ketakwaan kaum Muslim. Jika kaum Muslim bertakwa, pasti Allah SWT akan menurunkan keberkahannya dari langit dan bumi, sebagaimana firman-Nya:

]وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ[

Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS al-A’raf [7]: 96).

Lebih dari itu, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Penegakkan satu hukum hudud di muka bumi adalah lebih lebih baik bagi penduduk bumi daripada turunnya hujan selama 40 hari.” (HR Abu Dawd).

Wallahu a’lam bi ash-shawab. []

KOMENTAR ALISLAM:

Peta Dakwah Perlu Dibuat (http://www.facebook.com/l/b37b9;Republika.co.id, 27/4/2010).

Tak kalah penting: tetapkan muaranya, yakni tegaknya syariah dan Khilafah.

CARA ISLAM MEMBABAT KORUPTOR (Bag. I)

Geram! Mungkin itulah ekspresi sebagian masyarakat saat ini saat menyaksikan makin merajalelanya kasus korupsi di negeri ini. Kegeraman masyarakat makin meningkat terutama sejak mencuatnya kasus markus pajak dengan ‘aktor utama’ Gayus P Tambunan, menyusul sebelumnya Skandal Century. Karena itu, tidak aneh jika saat ini muncul kembali wacana untuk menindak tegas para koruptor.

Indonesia Terkorup!

Mantan Ketua Bappenas Kwik Kian Gie pernah menyebut lebih dari Rp 300 triliun dana—baik dari penggelapan pajak, kebocoran APBN maupun penggelapan hasil sumberdaya alam—menguap masuk ke kantong para koruptor. Korupsi yang biasanya diiringi dengan kolusi juga membuat keputusan yang diambil oleh pejabat negara sering merugikan rakyat. Heboh privatisasi sejumlah BUMN, lahirnya perundang-undangan aneh (semacam UU Energi, UU SDA, UU Migas, UU Kelistrikan), adanya impor gula dan beras dan sebagainya dituding banyak pihak sebagai kebijakan yang di belakangnya ada praktik korupsi.

Beberapa tahun lalu Bappenas juga mengendus adanya kebocoran pada utang luar negeri, yang setiap tahunnya mencapai sekitar 20 persen dari total pinjaman yang diterima Pemerintah Indonesia. Dalam pandangan pengamat ekonomi Revrisond Baswir, kebocoran utang luar negeri ini merupakan hasil konspirasi Pemerintah dan lembaga kreditur. Menurut dia, hal ini bisa dilihat dari kecenderungan Pemerintah yang senantiasa membuat anggaran yang bersifat defisit sehingga utang luar negeri tetap saja dibutuhkan untuk menutupinya. Fenomena inilah yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai odious debt (utang najis). Bahkan menurut Kwik Kian Gie, kebocoran dana sebesar 20 persen tidak hanya terjadi dalam pengunaan utang luar negeri, tetapi juga dalam APBN secara keseluruhan.

Bentuk korupsi terhadap "uang panas" negara–untuk menyebut dana yang berasal dari utang–tidak hanya terhadap utang luar negeri, namun juga utang domestik dalam bentuk obligasi rekap bank-bank sebesar Rp 650 triliun. Skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang tak kunjung usai setidaknya menunjukkan terjadinya korupsi tingkat tinggi di kalangan pejabat keuangan, konglomerat (hitam) serta bankir. Meski ratusan triliunan menguap dalam skandal ini, anehnya tidak ada satu pun pejabat maupun pengusaha yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Skenario semacam ini tampaknya juga akan terjadi dalam Skandal Bank Century belakangan: uang lenyap, pelakunya tak ada yang ditangkap.

Sejarah Pemberantasan Korupsi

1. Pembentukan lembaga anti-korupsi.

Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia bisa dikatakan telah berjalan sejak republik ini berdiri. Berdasarkan sejarah, selain KPK yang terbentuk pada tahun 2003, terdapat 6 lembaga pemberantasan korupsi yang pernah dibentuk di negeri ini, yakni: (i) Operasi Militer pada tahun 1957, (ii) Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967, (iii) Operasi Tertib pada tahun 1977, (iv) Tim Optimalisasi Penerimaan Negara dari sektor pajak pada tahun 1987, (v) Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TKPTPK) pada tahun 1999 dan (vi) Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Timtas Tipikor) pada tahun 2005.

Namun demikian, banyaknya lembaga anti korupsi yang dibentuk di negeri ini jelas bukan menunjukkan sebuah prestasi. Sebaliknya, ia justru menunjukkan kegagalan demi kegagalan lembaga-lembaga tersebut dalam memberantas gurita korupsi di negeri ini. Buktinya, saat KPK dipimpin Taufiequrachman, data hasil survei Transparency Internasional saat itu mengenai penilaian masyarakat bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia justru memberikan nilai IPK (Indeks Persepsi Korupsi) sebesar 2,2 kepada Indonesia. Nilai tersebut menempatkan Indonesia pada urutan 137 dari 159 negara tersurvei.

2. Penerbitan UU/Peraturan anti korupsi.

Selain pembentukan sejumlah lembaga anti korupsi di atas, di negeri ini juga telah banyak diterbitkan UU/peraturan yang memiliki nafas yang sama: anti korupsi. Sebut misalnya: UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN; UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang; PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; dan PP RI No. 109 Tahun 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Namun demikian, toh hingga saat ini ‘prestasi’ sebagai negara terkorup tetap diraih Indonesia. Menurut survei yang diadakan Political and Economic Risk Consultancy (PERC), pada tahun 2010 ini Indonesia masih menempati urutan teratas dalam daftar negara paling korup di antara 16 negara tujuan investasi di Asia Pasifik. Presiden SBY yang dalam kampanyenya sebagai calon presiden beberapa waktu lalu berjanji untuk menumpas korupsi malah menjadi pemimpin negara terkorup di Asia Pasifik.

Dalam survei itu, Indonesia mendapatkan 9,27 dari total skor 10. Ini berarti kondisinya jauh lebih buruk karena pada 2009 Indonesia menempati urutan teratas, tetapi pada waktu itu skornya masih ‘lebih baik’, yakni 8,32 (http://www.facebook.com/l/b37b9;Metronews.com, 10/3/2010).

Bersambung...

Jiwa-Jiwa Penggerak Revolusi Islam

‘Bagaimana aku bisa menjadi aku yang sekarang ini?’

‘Aku percaya pada persamaan hak’

‘Dan aku bersedia mati’

‘Untuk memegang senjata, dan menarik pelatuknya untuk yang aku yakini’

(Ernesto Guevara, Tokoh Sosialis Komunis, dokter muda dari Argentina. Pejuang Ideologi Sosialis-Komunis Negara Kuba).

Ada sebuah pelajaran menarik dari seorang tokoh Komunis yang memiliki Visi, melakukan Revolusi di Negara Kuba. Dokter muda yang lahir di Argentina yang saat itu ditawan oleh resim Batista, karena berontak dan berusaha menggulingkan kekuasaannya. Pernyataan itu ia katakan saat berada di dalam penjara yang pengap dan jauh dari cahaya. Akan tetapi ia melihat dari situlah awal mula Revolusi bergulir. Ini adalah sepenggal cuplikan dari film ‘CHE, A REVOLUTIONARY LIFE’ garapan Steven Soderbergh. Saya bukan bermaksud untuk mengajari kawan-kawan mengikuti perjuangan yang ia lakukan, dan bukan pula saya pengagum CHE. Akan tetapi, saya bermaksud untuk menggambarkan bagaimana sosok pejuang Ideologi Sosialis itu. Petikan percakapan yang diperankan oleh ‘Benicio Del Toro’ itu memperlihatkan bagaimana pemikiran yang mengkristal di dalam pribadi Ernesto Guevara.

Lihatlah kawan, bagaimana ia begitu yakin dengan apa yang ia perjuangkan. Hingga ia bersedia meregang nyawa sekalipun demi terwujudnya cita-cita besarnya. Ia sangat membenci Amerika seperti halnya kawan-kawan. Ia berjuang dengan segenap tenaga dan peluru yang ia pegang dengan tanpa meninggalkannya walaupun sebentar saja, yaitu senjata. Revolusi Merah, begitu julukan bagi Revolusi Sosialis, memperkenalkan padanya, ‘Hari ini engkau akan ditembak, atau engkau mengangkat senjata dan melawan!’ ‘Senjata adalah membunuh atau dibunuh.’

Perjuangan untuk melakukan Revolusi yang nantinya berakhir dengan kemenangan membutuhkan para pelaku. Ia mengatakan,

‘Revolusi ini akan aku kobarkan. Akulah yang akan memimpinnya.’

Lantas ia melanjutkan perkataannya dan berharap kepada kawan-kawan yang lainnya,

‘Jangan berhenti lakukan Revolusi karena aku..’

‘Revolusi dibuat oleh satu orang dan satu lagi lalu satu lagi..’

Kawan, begitu ia sangat yakin jika kawan-kawan yang lain akan mendukung dan berkorban bersama dengannya. Revolusi dimulai oleh satu orang dan diikuti oleh satu dari yang lain dan terus memperbanyak diri. Demikian yang dilakukan oleh tokoh Komunis yang dikenal dengan nama Che Guevara. Yang hobi memakai topi berlambangkan bintang, dengan baju ala militer dan berjambang lebat.

Komandan Guevara, begitu prajurit menyebutnya. Komandan yang disukai karena kebijakan dan pemikirannya. Sangat membenci perbudakan. Gerilya menjadi jalan perjuangannya.

‘Menurutmu, kemana arah perjuangan ini?’ prajurit bertanya.

‘Kemenangan!’ Komandan menjawab.

‘Setelah itu?’ bertanya lagi.

‘Tak akan mudah.’ Jelasnya.

Ia katakan kepada prajuritnya, ini adalah sistem keadilan oleh rakyat dan untuk rakyat, tidak boleh mengambil barang milik rakyat. Kita harus melindunginya. Kita teruskan pertempuran ini tanpa mengorbankan harta rakyat, kita tak boleh mengambil harta mereka. Ia mengakhiri perbincangan itu dengan kalimat,

‘Aku akan diragukan sebagai pelaku Revolusi, jika aku meninggalkan tugas Revolusiku.’

2 Januari 1959 Jendral Batista melarikan diri dan para pemberontak mengambil alih. Che Guevara berhasil merealisasikan Visinya, Revolusi Negara Kuba. Sahabat sekalian para pejuang syari’ah yang istiqomah dalam dakwah. Jika tokoh Sosialis saja demikian gigihnya memperjuangkan ideologinya, bagaimana dengan Anda pejuang Ideologi Islam—yang tak diragukan lagi kebenarannya.

Bukankah Che Guevara manusia, kita juga manusia..?

Bukankah Umar bin Khaththab manusia, kita juga manusia...?

Bukankah Muhammad Al-Fatih manusia, kita juga manusia...?

Jikalau mereka makan, kita pun makan.
Jika mereka punya tangan, kita pun punya tangan.
Kaki mereka dua, kita juga dua.
Mereka bisa tertawa, kita juga bisa tertawa.
Mereka bisa marah, kita juga bisa marah.
Mereka punya otak, kita juga punya..
Jika mereka mampu mengubah dunia...., mengapa kita tidak?
Jika mereka mampu menggoncang dunia, mengapa kita tidak?
Lantas, apa yang membedakan kita dengan mereka? Jawabannya adalah: Kristalisasi

Ideologi dan memaksimalkan potensi. Ideologi telah mengkristal dalam otak mereka, menyatu dalam darah yang mengalir deras dalam tubuhnya. Mereka telah menggunakan potensi yang dimilikinya, kita belum! Barangkali baru 1 % dari potensi yang kita miliki—yang benar-benar telah kita gunakan. Einstein baru menggunakan 10% dari otaknya.

Ingatlah Jiwa-Jiwa Penggerak Revolusi Islam, cukuplah apa yang dikatakan oleh Allah SAW dalam firmanNya:

“‘Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan kamu mencegah dari yang munkar, dan kamu beriman kepada Allah"
(TQS. Ali Imran: 110)

(Oleh Prio Agung Wicaksono, Mahasiswa STEI Hamfara Yogyakarta dan aktivis

Dakwah Kampus DIY)

http://dakwahkampus.com/artikel/kepribadian/862-jiwa-jiwa-penggerak-revolusi-islam.html

Minggu, 02 Mei 2010

Umur yang mencair seperti es

Cepat sekali waktu berlalu. Mengalir tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, bergerak. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita pun berkurang. Kita... semakin dekat ke liang lahat. Saudaraku, entah, apakah pertambahan dan perguliran waktu itu, berarti mendekatkan diri kita pada kenikmatan surga. Atau mendekatkan kita pada kesengseraan neraka. Nauzubillah....

Rasul saw. Menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan seperti perjalanan seorang musafir yang hanya sejenak berhenti di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat panjang. Para ulama juga banyak menguraikan ilustrasi tentang hidup yang amat singkat ini. "Umurmu akan mencair seperti mencairnya es, " kata Imam Ibnul Jauzi. (Luthfu fil Wa'z, 31)

Saudaraku, sahabatku,
Semoga Allah memberkahi sisa usia kita, Permasalah terbesar setiap orang adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak seiring dengan kecepatannya untuk menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat. Ketika, usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri dari beratnya adzab dan siksa Allah swt. Di saat, banyaknya hembusan dan tarikan nafasnya tak sebanding dengan upaya dan jihadnya untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah. Ketika, jumlah detak jantung dan aliran darah yang di pompa di dalam tubuhnya, tak sebanyak gerak dan tingkahnya untuk menjauhi berbagai kemaksiatan yang dapat memunculkan kesengsaraan akhirat.

Saudaraku,
Sesungguhnya jiwa kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah jiwa ini akan kembali....
Suasana hati seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan. Adakah di antara kita yang tidak mempunyai dosa? Atau merasa mampu menebus kotoran dan dosa yang telah dilakukan selama puluhan tahun usia yang telah lewat? Tentu tidak. Perasaan kurang, merasa banyak melakukan kemaksiatan, lalu menimbulkan penyesalan adalah bagian dari pintu-pintu rahmat Allah yang akan mengantarkan kita pada taubat. Suasana hati seperti inilah yang akan mendorogng pemilikinya bertekad mengisi hari dengan amal yang lebih untuk menebus kesalahan yang lalu.

Saurdaraku, mari menangguk pahala, meraih rahmat dan ampunan Allah sebanyak-banyaknya sekarang juga. Perbanyaklah dzikir, bersedekah, berjihad dan beramal shalih.....Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan. Sekarang dan jangan tunda-tunda lagi niat baik kita.... Semoga Allah meneguhkan kekuatan kita untuk melakukan kebaikan yang kita niatkan...
Amiiin.

by: FUSI FT UM